Rabu, 02 September 2015

JARINGAN VSAT


JARINGAN VSAT
(VERY SMALL APERTURE TERMINAL)

Very Small Aperture Terminal (VSAT)  adalah terminal satelit dengan diameter antena yang kecil yang dihubungkan dengan hub dalam suatu topologi jaringan dan dapat berkomunikasi di antara para terminal. Pada umumnya VSAT diletakan langsung di sisi pengguna. Diamter antena besarnya burukuran antara 0,6 – 3,8 m. VSAT digunakan untuk berkomunikasi data, suara dan video. Peralatan yang terpenting dalam jaringan VSAT adalah stasiun hub ( hub station atau stasion pengendali utama ). Stasiun VSAT atau biasa disebut dengan stasiun remote dan transponder satelit.
 JARINGAN VSAT   
Beberapa keuntungan teknologi VSAT, dibandingkan sistim teresterial konvensional, diantaranya adalah :
v  Biaya operasi rendah mudah pemasangan dan pemiliharaan, serta mampu menjangkau daerah-daerah yang tidak dapat dimasuki oleh jaringan teresterial.
v  Mampu menangani komunikasi digital dengan bit rate sampai diatas 56 Kbps.
v  Mampu menyediakan hubungan komunikasi poit to multipoint pita lebar.
v  Mampu manangani perubahan kebutuhan kapasitas secara fleksibel, sesuai dengan tingkat perkembangan.
v  Mampu mengintegrasikan sejumlah terminal VSAT ke dalam satu jaringan melalui sebuah stasiun hub serta mengekspansinya menjadi sistim yang besar. Stasiun hub berfungsi mengontrol seluruh kinerja jaringan.

Stasiun Hub ( Hub Station)
            Stasiun hub merupakan stasiun pengontrol utama untuk jaringan VSAT, terdiri dari stasiun pengatur dengan daya keluaran besar dan diameter antena ( 8 – 12 m ), stasiun switching antar terminal VSAT, serta repeater untuk hubungan hop ganda. Pemakaian antena berdiameter besar bertujuan untuk memperbesar penguatan, selain itu juga agar berkas pancarannya sempit atau tujuan sehingga mengurangi interferensi dengan satelit lain pada orbit geosinkron. Antena stasiun hub dilengkapi dengan peralatan penjejak satelit dan pengumpan ganda. Secara umum, fungsi stasiun hub adalah sebagai berikut :
v  Mengatur kinerja dan hubungan komunikasi jaringan VSAT secara keseluruhan.
v  Memproses sinyal yang diterima dari satelit dengan membangkitkan kembali (regenerating ) sinyal inbound dari stasiun remote asal dan mentransmisiskan kembali sinyal outbound tersebut ke stasiun tujuan setelah dikuatkan.
v  Mengatur switching dan routing antar VSATdalam jaringan, serta sebagai interkoneksi jaringan VSAT dengan jaringan telekomunikasi nasional PSTN.

Stasiun Remote ( Remote Station)

            Stasiun remote merupakan terminal pada jaringan VSAT. Terdiri dari stasiun bumi sederhana dengan diameter antena kecil ( 1,2- 2,4 m ) dan daya keluaran rendah ( kurang dari 10 watt ). Jenis komunikasi yang dilayani adalah telepon analog dan digital, teleks dan komunikasi data/citra. Sistim juga harus fleksibel terhadap perubahan variasi trafik dan kebutuhan kasitas.
         Setiap stasiun remote dihubungkan dengan sejumlah terminal suara/data lokal . Setiap terminal ( user ) dapat berhubungan dengan terminal lainnya dalam satu remote atau dengan terminal pada remote lainnya atau dengan terminal pada jaringan PSTN, bergantung pada kehandalan dan konfigurasi jaringan
Jaringan VSAT pada prinsipnya terdiri dari sebuah stasiun pengendali utama yang disebut stasiun hub dan stasiun bumi remote yang sederhana. Hubungan komunikasi berlangsung antara stasiun-stasiun bumi tersebut melalui kanal satelit dengan pengaturan tertentu. Setiap stasiun remote berghubungan dengan stasiun hub yang merupakan pengendali utama dari iterface ke jaringan lainnya.
            Pada jarigan VSAT terdapat dua jalur transmisi yang digunakan, yaitu jalur transmisi dari stasiun hub ke stasiun remote disebut outlink atau outroute. Sedangkan jalur transmisi dari stasiun remote ke stasiun hub disebut returnlink atau inroute. Proses komunikasi satelit dengan sekali uplink – downlink disebut doublehop ( stasiun remote asal – satelit – stasiun hub – satelit – stasiun remote tujuan ).
             
Konfigurasi Jaringan VSAT
            Konfigurasi jaringan yang biasa digunakan dalam VSAT adalah jaringan bintang ( star ) dan jaringan mata jala ( meshed ). Untuk mendapatkan performansi kehandalan tertentu, sering digunakan jaringan hibrid dari dua model jaringan dia atas yaitu jaringan bintang – mata jala.

Jaringan Bintang

Jaringan VSAT yang paling banyak digunakan adalah jaringan bintang . Secara umum untuk berbagai sistim satelit, jaringan bintang merupakan jaringan yang paling feksibel dan sederhana. Model ini terdiri dari sejumlah  stasiun remote yang dihubungkan dengan stasiun hub melalui inbounk link ( dari stasiun remote ke hub ) dan outbound link ( dari hub ke stasiun remote ).
            Ada dua mode komunikasi yang dapat dioperasikan pada jaringan bintang, yaitu hop tunggal dan hop ganda. Mode komunikasi hop tunggal merupakan mode yang paling sederhana dan paling banyak digunakan pada aplikasi jaringan VSAT. Stasiun remote hanya berhubungan dengan stasiun hub dan tidak dapat berhubungan dengan stasiun remote lainnya. Komunikasi antar remote dilakukan tidak langsung informasi dikirimkan ke stasiun hub baru kemudian dikrimkan ke remote yang dituju dalam waktu yang berbeda.
Pada mode hop ganda, setiap stasiun remote dapat mengakses remote lainnya melalui stasiun hub, semua sinyal dari stasiun remote dikirimkan ke stasiun hub, yang berfungsi sebagai prosesor utama. Disini sinyal mengalami proses decoding, demultiplexing, regenerating, multiplexing, econding, dan switching. Stasiun hub kemudian mengirimkan kembali sinyal tersebut ke stasiun remote yang dituju melalui outbound link. Mengingat waktu yang besar, mode ini tidak direkomendasikan untuk komunikasi suara, hanya untuk komunikasi data, teleks atau citra.  Gambar 3.3 menunjukan konfigurasi jaringan star VSAT.























Jaringan Mata Jala ( Meshed )

            Pada jaringan mata jala, satu stasiun remote dapat berhubungan dengan remote lainnya dalam komunikasi hop tungal. Jika jaringan tersebut memiliki konekvitas penuh, setiap remote dapat berhubungan dengan remote lainnya secara langsung, tanpa harus terlebih dahulu berhubungan dengan stasiun hub. Stasiun pengontrol utama berfungsi mengatur pembentukan hubungan antar remote. Setalah itu hubungan komunikasi berlangsung antar kedua remote tanpa melalui stasiun pengontrol. Konfigurasi inimmungkinkan suara dan data antar remote karena waktu tundanya masih dalam batas yang diperboleh. Kerugiannya dibutuhkan stasiun remote dengan daya keluaran dan diameter yang lebih besar dibandingkan jaringan bintang. Selain itu semakin banyak stasiun remote yang terpasang, kemungkinan kegagalan hubungan semakin besar. Gaambar 3.4 menunjukan konfigurasi jaringan mesh VSAT.
Oval: VSAT
Oval: VSAT
Oval: VSAT
Oval: VSAT
Oval: VSAT
Oval: VSAT
 
















Gambar 3.4 Jaringan Meshed VSAT




Jaringan Star – Meshed

            Konfigurasi ini merupakan campuran ( hybrid ) antara jaringan bintang dan mata jala, bacbone-nya berupa jaringan bintang. Karena pertimbangan tertentu seperti trafiknya besar, prioritas hubungan dan sebagainya, dibuat meshed dari beberapa remote lainnnya tanpat harus melallui stasiun hub. Konfigurasi ini menuntut kualitas peralatan dan hubungan yang lebaik baik dari pada bentuk bintang, tapi tidak serumit jaringan meshed. Stasiun pengontrol sekaligus berfungsi sebagai stasiun hub. Gambar 3,5 menggambarkan topologi jenis hybrid.

Oval: VSAT
Oval: VSAT
Oval: VSAT
 

Oval: VSAT
 













Gambar.3.5. Jaringan Star – Meshed VSAT

Frekuensi dan Bandwidth
Frekuensi Kerja Jaringan VSAT
            Dalam lingkup daerah yang sama, frekuensi kerja pada komunikasi tertentu berbeda satu sama lainnya. Hal ini dimaksud untuk mempermudah pergalokasikan frekuensi dan mencegah terjadinya interferensi antara gelombang informasi. PADA UMUMNYA VSAT menggunakan Ku-band dan C-band frekuensi :
v  Ku-band digunakan di Amerika Utara, Eropa dan menggunakan antena VSAT yang kecil ( 0,6-1,8 m 0
v  C-band digunakan di Asia, Afrika dan Amerika Latin dan menggunakan antena yang lebih besar ( 1-3 m )
Masing-masing band frekuensi di atas memiliki di atas beberapa keunggulan dan kelemahan. Secara rinci dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
Frekuensi
Keunggulan
Kelemahan
C-band
Word wide availibility
Teknologi yang termurah
Tahan dari redaman hujan
Antena VSAT berukuran relatif besar (1-3 m )
Rentan terhadap interferensi dari satelit tetangga dan teresterial microwave
Ku-band
Kapasitas relatif besar
Antena VSAT berukuran
Relatif kecil ( o,6-1,8m )
Rentan dari redaman hujan
Availibility terbatas ( faktor regional )

Komunikasi VSAT di Indonesia menggunakan satelit telkom-1 yang mempunyai frekuensi kerja C-band dengan frekuensi uplink 5,925 GHz-5,425 GHz dan frekuensi downlink 3,7 GHz-4,2 GHz, selain itu extended C-band yaitu 6445 MHz-6705 MHz ( uplink) dan 3400 MHz-3660 MHz ( downlink). Diplih frekuensi C-band karena cocok digunakan untuk kondidi alam yang mempunyai curah hujan yang tinggi seperti indonesia.

Alokasi Bandwidth Jaringan VSAT

            Lebar pita total pada satelit Telkom-1 adalah 500 MHz. Lebar pita 500 MHz dibagi atas beberapa bagian lebar pita yang lebih kecil. Lebar pita ini sebesar 36 MHz yang disebut transponder. Telkom-1 adalah satelit dengan tipe 3 sumbu dengan 36 transponden memilki lebar pita 36 MHz.

            Frekuensi uplink adalah frekuensi tengah dari suatu transponden yang digunakan, misalnya frekuensi uplink suatu transponden 5,945 GHz, hal berarti transponden tersebut mempunyai jangkauan frekuensi antara 5,927 GHz sampai 5,963 GHz. Untuk frekuensi downlink prinsipnya sama tetapi dengan frekuensi pancar yang berbeda. Satu transponden dengan lebar pita 36 MHz dapat menampung 180 carrier mempunyai jarak carrier lainya 4 MHz . Setiap carrier mempunyai   lebar pita 120 KHz yang dapat dipakai untuk mentransmisikan data baik dari kanal outlink maupun dari kanal returlink.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tempat Wisata Di Batu Malang Yang Wajib Dikunjungi

Yuk Berwisata Ke Batu Malang!! 1. Jatim Park 1 Jatim Park 1 Jawa Timur Park atau biasa disebut sebagai Jatim Park merupakan sebua...