JARINGAN
VSAT
(VERY
SMALL APERTURE TERMINAL)
Very Small Aperture Terminal (VSAT) adalah terminal satelit dengan diameter
antena yang kecil yang dihubungkan dengan hub dalam suatu topologi jaringan dan
dapat berkomunikasi di antara para terminal. Pada umumnya VSAT diletakan
langsung di sisi pengguna. Diamter antena besarnya burukuran antara 0,6 – 3,8
m. VSAT digunakan untuk berkomunikasi data, suara dan video. Peralatan yang
terpenting dalam jaringan VSAT adalah stasiun hub ( hub station atau stasion
pengendali utama ). Stasiun VSAT atau biasa disebut dengan stasiun remote dan
transponder satelit.
JARINGAN VSAT |
Beberapa
keuntungan teknologi VSAT, dibandingkan sistim teresterial konvensional,
diantaranya adalah :
v
Biaya
operasi rendah mudah pemasangan dan pemiliharaan, serta mampu menjangkau
daerah-daerah yang tidak dapat dimasuki oleh jaringan teresterial.
v
Mampu
menangani komunikasi digital dengan bit rate sampai diatas 56 Kbps.
v
Mampu
menyediakan hubungan komunikasi poit to multipoint pita lebar.
v
Mampu
manangani perubahan kebutuhan kapasitas secara fleksibel, sesuai dengan tingkat perkembangan.
v
Mampu
mengintegrasikan sejumlah terminal VSAT ke dalam satu jaringan melalui sebuah stasiun hub serta mengekspansinya menjadi sistim yang besar. Stasiun hub
berfungsi mengontrol seluruh kinerja jaringan.
Stasiun Hub ( Hub Station)
Stasiun hub merupakan stasiun pengontrol
utama untuk jaringan VSAT, terdiri dari stasiun pengatur dengan daya keluaran
besar dan diameter antena ( 8 – 12 m ), stasiun switching antar terminal VSAT,
serta repeater untuk hubungan hop ganda. Pemakaian antena berdiameter besar
bertujuan untuk memperbesar penguatan, selain itu juga agar berkas pancarannya
sempit atau tujuan sehingga mengurangi interferensi dengan satelit lain pada
orbit geosinkron. Antena stasiun hub dilengkapi dengan peralatan penjejak
satelit dan pengumpan ganda. Secara umum, fungsi stasiun hub adalah sebagai
berikut :
v
Mengatur
kinerja dan hubungan komunikasi jaringan VSAT secara keseluruhan.
v
Memproses
sinyal yang diterima dari satelit dengan membangkitkan kembali (regenerating )
sinyal inbound dari stasiun remote asal dan mentransmisiskan kembali sinyal
outbound tersebut ke stasiun tujuan setelah dikuatkan.
v
Mengatur
switching dan routing antar VSATdalam jaringan, serta sebagai interkoneksi
jaringan VSAT dengan jaringan telekomunikasi nasional PSTN.
Stasiun Remote ( Remote Station)
Stasiun
remote merupakan terminal pada jaringan VSAT. Terdiri dari stasiun bumi
sederhana dengan diameter antena kecil ( 1,2- 2,4 m ) dan daya keluaran rendah
( kurang dari 10 watt ). Jenis komunikasi yang dilayani adalah telepon analog
dan digital, teleks dan komunikasi data/citra. Sistim juga harus fleksibel
terhadap perubahan variasi trafik dan kebutuhan kasitas.
Setiap stasiun remote dihubungkan dengan
sejumlah terminal suara/data lokal . Setiap terminal ( user ) dapat berhubungan
dengan terminal lainnya dalam satu remote atau dengan terminal pada remote
lainnya atau dengan terminal pada jaringan PSTN, bergantung pada kehandalan dan
konfigurasi jaringan
Jaringan VSAT pada prinsipnya terdiri dari
sebuah stasiun pengendali utama yang disebut stasiun hub dan stasiun bumi
remote yang sederhana. Hubungan komunikasi berlangsung antara stasiun-stasiun
bumi tersebut melalui kanal satelit dengan pengaturan tertentu. Setiap stasiun
remote berghubungan dengan stasiun hub yang merupakan pengendali utama dari
iterface ke jaringan lainnya.
Pada
jarigan VSAT terdapat dua jalur transmisi yang digunakan, yaitu jalur transmisi
dari stasiun hub ke stasiun remote disebut outlink atau outroute. Sedangkan
jalur transmisi dari stasiun remote ke stasiun hub disebut returnlink atau
inroute. Proses komunikasi satelit dengan sekali uplink – downlink disebut
doublehop ( stasiun remote asal – satelit – stasiun hub – satelit – stasiun
remote tujuan ).
Konfigurasi Jaringan VSAT
Konfigurasi
jaringan yang biasa digunakan dalam VSAT adalah jaringan bintang ( star ) dan
jaringan mata jala ( meshed ). Untuk mendapatkan performansi kehandalan
tertentu, sering digunakan jaringan hibrid dari dua model jaringan dia atas yaitu
jaringan bintang – mata jala.
Jaringan Bintang
Jaringan VSAT yang paling banyak
digunakan adalah jaringan bintang . Secara umum untuk berbagai sistim satelit,
jaringan bintang merupakan jaringan yang paling feksibel dan sederhana. Model
ini terdiri dari sejumlah stasiun remote
yang dihubungkan dengan stasiun hub melalui inbounk link ( dari stasiun remote
ke hub ) dan outbound link ( dari hub ke stasiun remote ).
Ada dua mode komunikasi yang dapat
dioperasikan pada jaringan bintang, yaitu hop tunggal dan hop ganda. Mode
komunikasi hop tunggal merupakan mode yang paling sederhana dan paling banyak
digunakan pada aplikasi jaringan VSAT. Stasiun remote hanya berhubungan dengan
stasiun hub dan tidak dapat berhubungan dengan stasiun remote lainnya. Komunikasi
antar remote dilakukan tidak langsung informasi dikirimkan ke stasiun hub baru
kemudian dikrimkan ke remote yang dituju dalam waktu yang berbeda.
Pada
mode hop ganda, setiap stasiun remote dapat mengakses remote lainnya melalui
stasiun hub, semua sinyal dari stasiun remote dikirimkan ke stasiun hub, yang
berfungsi sebagai prosesor utama. Disini sinyal mengalami proses decoding,
demultiplexing, regenerating, multiplexing, econding, dan switching. Stasiun
hub kemudian mengirimkan kembali sinyal tersebut ke stasiun remote yang dituju
melalui outbound link. Mengingat waktu yang besar, mode ini tidak
direkomendasikan untuk komunikasi suara, hanya untuk komunikasi data, teleks
atau citra. Gambar 3.3 menunjukan
konfigurasi jaringan star VSAT.
Jaringan Mata Jala ( Meshed )
Pada
jaringan mata jala, satu stasiun remote dapat berhubungan dengan remote lainnya
dalam komunikasi hop tungal. Jika jaringan tersebut memiliki konekvitas penuh,
setiap remote dapat berhubungan dengan remote lainnya secara langsung, tanpa
harus terlebih dahulu berhubungan dengan stasiun hub. Stasiun pengontrol utama
berfungsi mengatur pembentukan hubungan antar remote. Setalah itu hubungan
komunikasi berlangsung antar kedua remote tanpa melalui stasiun pengontrol.
Konfigurasi inimmungkinkan suara dan data antar remote karena waktu tundanya
masih dalam batas yang diperboleh. Kerugiannya dibutuhkan stasiun remote dengan
daya keluaran dan diameter yang lebih besar dibandingkan jaringan bintang.
Selain itu semakin banyak stasiun remote yang terpasang, kemungkinan kegagalan
hubungan semakin besar. Gaambar 3.4 menunjukan konfigurasi jaringan mesh VSAT.
Gambar 3.4 Jaringan Meshed VSAT
Jaringan Star – Meshed
Konfigurasi ini merupakan campuran ( hybrid )
antara jaringan bintang dan mata jala, bacbone-nya berupa jaringan bintang.
Karena pertimbangan tertentu seperti trafiknya besar, prioritas hubungan dan
sebagainya, dibuat meshed dari beberapa remote lainnnya tanpat harus melallui
stasiun hub. Konfigurasi ini menuntut kualitas peralatan dan hubungan yang
lebaik baik dari pada bentuk bintang, tapi tidak serumit jaringan meshed.
Stasiun pengontrol sekaligus berfungsi sebagai stasiun hub. Gambar 3,5
menggambarkan topologi jenis hybrid.
Gambar.3.5. Jaringan Star – Meshed VSAT
Frekuensi
dan Bandwidth
Frekuensi
Kerja Jaringan VSAT
Dalam lingkup daerah yang sama,
frekuensi kerja pada komunikasi tertentu berbeda satu sama lainnya. Hal ini
dimaksud untuk mempermudah pergalokasikan frekuensi dan mencegah terjadinya
interferensi antara gelombang informasi. PADA UMUMNYA VSAT menggunakan Ku-band
dan C-band frekuensi :
v
Ku-band
digunakan di Amerika Utara, Eropa dan menggunakan antena VSAT yang kecil (
0,6-1,8 m 0
v
C-band
digunakan di Asia, Afrika dan Amerika Latin dan menggunakan antena yang lebih
besar ( 1-3 m )
Masing-masing
band frekuensi di atas memiliki di atas beberapa keunggulan dan kelemahan.
Secara rinci dapat dilihat seperti tabel berikut ini.
Frekuensi
|
Keunggulan
|
Kelemahan
|
C-band
|
Word wide availibility
Teknologi yang termurah
Tahan dari redaman hujan
|
Antena VSAT berukuran relatif besar
(1-3 m )
Rentan terhadap interferensi dari satelit
tetangga dan teresterial microwave
|
Ku-band
|
Kapasitas relatif besar
Antena VSAT berukuran
Relatif kecil ( o,6-1,8m )
|
Rentan dari redaman hujan
Availibility terbatas ( faktor regional )
|
Komunikasi VSAT di Indonesia menggunakan satelit
telkom-1 yang mempunyai frekuensi kerja C-band dengan frekuensi uplink 5,925
GHz-5,425 GHz dan frekuensi downlink 3,7 GHz-4,2 GHz, selain itu extended
C-band yaitu 6445 MHz-6705 MHz ( uplink) dan 3400 MHz-3660 MHz ( downlink).
Diplih frekuensi C-band karena cocok digunakan untuk kondidi alam yang
mempunyai curah hujan yang tinggi seperti indonesia.
Alokasi Bandwidth Jaringan VSAT
Lebar
pita total pada satelit Telkom-1 adalah 500 MHz. Lebar pita 500 MHz dibagi atas
beberapa bagian lebar pita yang lebih kecil. Lebar pita ini sebesar 36 MHz yang
disebut transponder. Telkom-1 adalah satelit dengan tipe 3 sumbu dengan 36
transponden memilki lebar pita 36 MHz.
Frekuensi uplink adalah frekuensi tengah dari suatu transponden yang digunakan, misalnya frekuensi uplink suatu transponden 5,945 GHz, hal berarti transponden tersebut mempunyai jangkauan frekuensi antara 5,927 GHz sampai 5,963 GHz. Untuk frekuensi downlink prinsipnya sama tetapi dengan frekuensi pancar yang berbeda. Satu transponden dengan lebar pita 36 MHz dapat menampung 180 carrier mempunyai jarak carrier lainya 4 MHz . Setiap carrier mempunyai lebar pita 120 KHz yang dapat dipakai untuk mentransmisikan data baik dari kanal outlink maupun dari kanal returlink.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar